Kamis, Oktober 20, 2011

Hindari 5 Kalimat Ini Saat Bicara dg Anak (Bag. 1)

Secara tidak sadar,
orangtua kerap mengucapkan perkataan yang
sebenarnya bisa berdampak negatif pada
anak. Anak dapat menjadi tidak percaya diri,
sedih atau membenci orang lain.
"Kita memang bermaksud baik, tapi terkadang
kita mengatakan sesuatu hal tanpa
memikirkan bagaimana anak menerimanya,"
ujar Amy McCready, pendiri Positive
Parenting Solutions dan juga penulis 'If I Have
to Tell You One More Time...'.
Berikut ini bagian pertama dari 10 perkataan
yang menurut Amy, sebaiknya orangtua pikir
dulu dua kali sebelum mengucapkannya pada
anak, seperti dikutip dari Womans Day:
1. "Aku Tahu Kamu Bisa Berusaha Lebih
Keras"
Orangtua bisa merasa sedih atau khawatir
saat tahu anak yang mereka pikir bisa lebih
baik dalam urusan sekolah, olahraga atau
hobinya ternyata tidak berusaha maksimal.
Terkadang beberapa orangtua sampai tega
mengatakan bahwa si anak terlalu pemalas.
Menurut Amy, perkataan yang menunjukkan
ketidakpuasaan orangtua atas usaha anaknya,
bisa semakin tidak memotivasi anak untuk
berusaha lagi. Ia menyarankan kalau memang
Anda bermaksud mendorongnya untuk lebih
berusaha, buat dia termotivasi dengan apa
yang memang Anda harapkan.
"Kalau kamu punya kamar yang bersih, kamu
boleh menonton film favorit," ujar Amy
memberi contoh.
2. "Benar Mau Makan Kue Lagi?"
Perkataan di atas sebenarnya bertujuan baik.
Anda ingin anak lebih sehat dengan tidak
terlalu banyak makan makanan manis.
Namun dengan mengucapkan hal seperti di
atas, ucapan tersebut bisa membuat anak
berpikir tentang imej tubuh yang negatif.
Ketimbang dengan perkataan, Amy
menyarankan, kalau memang orangtua ingin
anaknya makan makanan yang sehat, lakukan
dengan tindakan.
Misalnya saja, stop menyimpan makanan
tidak sehat dan ganti dengan snack sehat.
Beri contoh pada anak pentingnya olahraga.
Dorong anak untuk lebih banyak beraktivitas
ketimbang hanya duduk menonton televisi
atau main game.
Dalam urusan makan, cobalah juga untuk
tidak melabeli anak. Misalnya saja dengan
menyebut dia, "Ini anak yang tidak mau
makan sayur" atau "Ini anakku yang suka
makan". Cukup beri komentar positif kalau
memang anak mau makan sayur atau
makanan sehat lainnya.
3. "Kamu Selalu..." atau "Kamu Tidak
Pernah..."
Orangtua terkadang secara refleks
mengucapkan dua kalimat di atas saat
melihat anak melakukan kebiasaan buruknya.
Misalnya saja, "kamu nggak pernah menaruh
sepatu di tempatnya" atau "kamu selalu saja
bangun kesiangan".
Psikolog yang juga penulis 'A to Z Guide to
Raising Happy, Confident Kids', Jenn Berman,
PhD, mengatakan, Anda para orangtua
sebaiknya berhati-hati pada dua kalimat di
atas. "Perkataan itu bisa menjadi label yang
melekat seumur hidup dalam diri anak,"
ujarnya.
Menurut Berman, apa yang dikatakan
orangtua tentang anak, bisa membuat anak
melakukan hal tersebut. Dengan mengatakan
pada anak kalau dia selalu saja bangun
kesiangan, misalnya, si anak akan menjadi
orang yang memang kerap bangun siang.
Ketimbang melabelinya, Berman menyarankan
agar orangtua membantu anak agar bisa
mengubah kebiasaan buruknya itu. "Aku
melihat kamu suka bangun siang. Bagaimana
ya biar kamu bisa bangun pagi," begitu
perkataan yang disarankan Berman.
4. "Kenapa Kamu Tidak Bisa Seperti
Kakakmu/Adikmu?"
Amy mengungkapkan, hubungan saudara dan
persaingan memang jadi suatu hal yang sulit
dipisahkan. Sehingga perbandingan yang
diucapkan orangtua hanya akan semakin
memanaskan persaingan tersebut.
Ia mencontohkan, kalau Anda mengucapkan,
"Kakakmu berlatih piano dan dia luar biasa,
kenapa kamu tidak bisa?", berarti Anda
mengatakan pada anak kalau piano adalah
kehebatan kakaknya, bukan dia.
"Perbandingan membuat kakak-beradik
merasa dikotak-kotakkan, 'si pintar', 'si
atlet', sehingga membuat anak kurang
bersemangat untuk mencoba hal yang mereka
rasa bukan bidangnya," tutur Amy.
5. "Ayah/Ibu Sudah Bilang Kan"
Seberapa sering Anda mengucapkan kalimat
di atas saat anak melakukan kesalahan yang
sebelumnya memang sudah Anda
peringatkan? Menurut Amy, perkataan
tersebut malah bisa membuat anak merasa
orangtuanya selalu benar dan dia selalu salah.
Ketimbang mengatakan kalimat di atas,
ketika anak melakukan kesalahan, bantu dia
menemukan solusi atas masalahnya. Misalnya
saja, Anda sebelumnya sudah meminta anak
stop bermain video game dan segera belajar
karena dia besok akan ada ulangan di
sekolah. Setelah hasil ulangan dibagikan,
nilanya ternyata tidak memuaskan.
Saat situasi di atas terjadi, jangan katakan
'Sudah ibu bilang kan'. Tapi justru ucapkan
hal yang memotivasinya untuk berusaha lebih
baik lagi. Misalnya dengan mengatakan
padanya bagaimana agar dia bisa membagi
waktu antara belajar dan bermain.
Amy juga menyarankan pada orangtua untuk
memberitahukan anak apa efek positif kalau
dia mengikuti perkataan Anda. Misalnya saja
kalau dia mau belajar sebelum ulangan,
katakan padanya, "Bukankan jadi lebih
mudah untuk belajar tidak di saat waktu yang
sudah mepet". Pastikan efek positif itu
memang bermanfaat untuknya bukan Anda.

0 comments:

Posting Komentar